Selasa, 25 Mei 2010

Bayi di Bawah 1 Tahun Jangan Diberi Madu

Jakarta, Madu adalah salah satu pemanis alami yang banyak disukai orang. Tapi para orangtua sebaiknya tidak memberikan madu pada bayi di bawah usia 1 tahun, karena berisiko terkena botulisme pada bayi.

Botulisme adalah salah satu jenis keracunan makanan yang dapat menyebabkan kematian.

Madu memang memiliki berbagai macam manfaat bagi kesehatan tubuh seseorang, seperti untuk penambah stamina atau dipercaya memiliki sifat antimikroba.

Namun hal ini sepertinya tidak akan berlaku pada bayi yang belum genap berusia 1 tahun. Karena kemungkinan bukan manfaat tersebut yang didapatkan tapi bisa mengakibatkan botulisme pada bayi.

Seperti dikutip dari Pediatrics.about.com, Selasa (25/5/2010) bahwa bayi berusia di bawah 12 bulan memiliki risiko terkena botulisme jika mengonsumsi madu, sehingga sebaiknya dihindari.

Hal ini disebabkan spora dari bakteri Clostridium botulinum ini dapat ditemukan dalam madu alami, ketika madu tersebut masuk ke dalam tubuh dan dicerna oleh bayi maka spora dari bakteri ini akan melepaskan toksin yang dapat menyebabkan botulisme (keracunan).

Badan standar makanan (Food Standards Agency) Amerika Serikat merekomendasaikan sebaiknya memberikan madu setelah bayi berusia di atas 1 tahun, karena pada usia tersebut sistem pencernaannya sudah cukup matang untuk tidak membiarkan bakteri tersebut tumbuh di dalam tubuh.

Sedangkan saat usianya masih di bawah 1 tahun sistem pencernaannya belum matang sehingga rentan terhadap keracunan botulisme dari makanan.

Spora botulinum secara luas ditemukan pada beberapa pemanis lain seperti sirup mapel dan sirup jagung, namun memang lebih cenderung berada di dalam madu.

Karenanya orangtua harus memastikan setiap kandungan yang terdapat di dalam makanan olahan untuk bayinya, terutama yang belum di pasteurisasi (diolah dengan cara pemanasan).

Botulisme pada bayi bisa mematikan jika tidak terdeteksi sejak dini, hal ini karena sifat menyebar yang dimiliki oleh toksin tersebut.

Orangtua sebaiknya mengenali tanda-tanda dari botulisme pada bayi, yaitu:

  1. Biasanya diawali dengan sembelit atau susah buang air besar.
  2. Mengalami kelemahan otot akibat adanya kerusakan sistem saraf.
  3. Bayi akan menangis dan lama kelamaan akan menjadi lebih lemah.
  4. Bayi akan mengalami kesulitan makan dan menelan.
  5. Kelemahan yang dialami bayi akan membuatnya menjadi lesu.

Bayi memiliki risiko lebih besar pada enam bulan pertama kehidupannya, karena itu orangtua harus mencatat setiap kesehatan dan perubahan yang terjadi pada bayinya.

Orangtua sebaiknya menjaga kebersihan dan mengelola makanan yang akan dikonsumsi oleh bayi dengan teliti, serta dianjurkan untuk lebih menahan diri saat memberikan makanan pada bayinya terutama makanan yang terlalu manis.
sumber: Vera Farah Bararah - detikHealth

Senin, 24 Mei 2010

Arti Kode Plastik

Disadari bahwa penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari selain memberi manfaat dan kemudahan, juga mengandung bahaya yang tak tampak. Berbagai peralatan rumah tangga, mainan anak-anak, dan berbagai produk lagi yang erat bersinggungan dengan kehidupan manusia. Agar tidak salah pilih, berikut adalah kode-kode plastik yang telah disepakati oleh para ahli didunia berhubungan dengan faktor keamanan produk plastik tersebut. Tidak ada salahnya (bahkan sangat dianjurkan) untuk memperhatikan tanda-tanda ini demi keamanan saat membeli produk-produk berbahan plastik.

1-PETE. PETE atau PET (polyethylene terephthalate) biasa dipakai untuk botol plastik yang jernih • transparan • tembus pandang seperti botol air mineral, botol jus, dan hampir semua botol minuman lainnya. Botol-botol dengan bahan dengan kode 1 direkomendasikan hanya untuk sekali pakai. Jangan pakai untuk air hangat apalagi panas.

2-HDPE. HDPE (high density polyethylene) biasa dipakai untuk botol susu yang berwarna putih susu. Sama seperti nomor 1 PET, yang ini juga direkomendasikan hanya untuk sekali pemakaian.
Buang botol yang sudah lama akan terlihat kusam atau terlihat baret-baret.

3-V. V atau PVC (polyvinyl chloride) adalah plastik yang paling sulit di daur ulang. Plastik ini bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap), dan botol-botol. Kandungan dari PVC yaitu DEHA yang terdapat pada plastik pembungkus dapat bocor dan masuk ke makanan berminyak bila dipanaskan. PVC berpotensi berbahaya untuk ginjal, hati dan berat badan.

4-LDPE. LDPE (low density polyethylene) biasa dipakai untuk tempat makanan dan botol-botol yang lembek. Barang-barang dengan kode #4 dapat di daur ulang dan baik untuk barang-barang yang memerlukan fleksibilitas tetapi kuat. Barang dengan #4 bisa dibilang tidak dapat di hancurkan tetapi tetap baik untuk tempat makanan.

5-PP. PP (polypropylene) adalah pilihan terbaik untuk bahan plastik terutama untuk yang berhubungan dengan makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan, botol minum dan terpenting botol minum untuk bayi. Karakteristik adalah biasa botol transparan yang tidak jernih atau berawan. Cari simbol ini bila membeli barang berbahan plastik.

6-PS. PS (polystyrene) biasa dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam, tempat minum sekali pakai, dll. Bahan Polystyrene bisa membocorkan bahan styrine ke dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan. Bahan Styrine berbahaya untuk otak dan sistem syaraf. Selain tempat makanan, styrine juga bisa didapatkan dari asap rokok, asap kendaraan dan bahan konstruksi gedung. Bahan ini harus dihindari dan banyak negara bagian di Amerika sudah melarang pemakaian tempat makanan berbahan styrofoam termasuk negara China.

6 PS-E. PSE (Expanded Polystyrene) agak mirip dengan yang di atas. Tapi yang ini untuk jenis plastik seperti kotak CD, gelas kristal, mainan anak² dan video kaset.

7-OTHER. Other (biasanya polycarbonate) bisa didapatkan di tempat makanan dan minuman seperti botol minum olahraga. Polycarbonate bisa mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam makanan dan minuman yang berpotensi merusak sistem hormon. Hindari bahan plastik Polycarbonate.

Bahkan ada blogger yang dengan kreatif membuat semacam reminder card kecil yang dapat anda download dan anda print kemudian bisa disimpan di dompet atau tas anda dan dapat dibuka sewaktu-waktu :

Semoga bermanfaat!

sumber : http://sehatuntuksemua.wordpress.com/2009/08/17/arti-kode-plastik/

Jumat, 21 Mei 2010

Tips Menstimulasi Kecerdasan Bayi


• Menatap Mata
• Mengajak bicara dengan mimik ekspresif
• Menyusui
• Menggelitik tubuh
• Bernarasi ketika beraktifitas
• Menyanyi bersama

• Mengenalkan berbagai tekstur
• Mengajak belanja
• Memberi kejutan
• Membacakan buku
• Main cilukba
• Mainan barang milik orang dewasa
• Bermain warna
• Rangsang untuk menjangkau suatu benda
• Bermain wajah lucu
• Memberi kesempatan untuk memilih
• Mengubah pemandangan
• Tanya kabarnya.

sumber :

Endah Silawati, Blog Parenting Islami http://parentingislami.wordpress.com

Rabu, 19 Mei 2010

Ragam Stimulasi Agar Anak Cerdas

Image Banyak bergerak, selain membuat anak aktif, juga dapat mengembangkan seluruh aspek kecerdasannya. Di sisi lain, perkembangan kinestetik akan memperkuat kesadaran sensori yang dimulai pada sistem saraf dan berujung pada sendi dan otot.

Stimulasi kinestetik atau gerak diberikan melalui rangsangan gerak tubuh yang kemudian akan direspon anak dengan gerakan tubuh pula. Stimulasi ini sangat bermanfaat terutama dalam menumbuhkembangkan potensi kecerdasan anak.

Menurut Drs. Bambang Sujiono, MPd., respon yang ditunjukkan oleh anak merupakan gerakan otot-otot tubuh sebagai akibat dari adanya perintah dari sel saraf pusat.

Hampir setiap respon gerakan melalui perintah otak. Kecuali gerak refleks tubuh yang merupakan gerakan spontan otot-otot tubuh tanpa adanya perintah dari otak. Itu sebabnya, bila rangsangan kinestetik diberikan kepada anak dengan melibatkan gerakan tubuh, sel-sel otaknya semakin banyak terstimulasi. Ini berarti, seluruh potensi kecerdasan yang dimiliki anak akan tumbuh dan berkembang.

Staf Pengajar di Fakultas Ilmu Keolahragaan UNJ ini, kemudian memberikan ragam stimulasi kinestetik mulai usia 0 hingga 6 tahun.

Usia 0-1 tahun
Di usia 3-4 bulan kandungan, janin sudah menunjukkan gerakan tubuh pertamanya, yang semakin bertambah sejalan dengan pertambahan usia kehamilan. Gerakan kedua muncul saat bayi lahir, yaitu gerak refleks.

“Gerakan seperti mengisap puting susu ibu, gerak refleks tangan dan kaki, mengangkat kepala saat ditengkurapkan, dan membuka jari saat telapak tangannya disentuh, merupakan gerakan refleks yang bertujuan untuk bertahan hidup,” tutur konsultan dan stimulator potensi kecerdasan anak ini.

Ditambahkan ayah tiga anak ini, gerak refleks seharusnya distimulasi agar kemampuan awal si kecil terbentuk. Contohnya, bila gerak refleks tangan distimulasi dengan baik, dalam usia 2-3 bulan, bayi memiliki kemampuan menggenggam benda-benda yang berukuran besar.

Stimulasi yang bertahap dan berjenjang akan memberikan manfaat dalam kemampuan dan keterampilan menggenggam pada bayi. Bayi akan mampu menggenggam benda-benda yang lebih kecil hingga akhirnya bisa menggenggam sendok atau pensil warna.

Kemampuan kinestetik lain yang mesti dimiliki bayi usia 3-6 bulan adalah merayap dan merangkak. Kemampuan ini merupakan awal dari perkembangan bergerak maju, duduk, berdiri, dan berjalan. Orangtua bisa menempatkan bola warna-warni di depan bayi saat ia tengkurap. Warna-warni akan menarik bayi untuk mengambil dengan berusaha bergerak maju.

Setelah merangkak, anak akan belajar berjalan. Untuk berjalan, diperlukan kekuatan otot kaki, punggung, perut, keseimbangan tubuh, koordinasi mata-tangan-kaki, serta aspek mental, emosional, dan keberanian. Dengan banyaknya aspek yang terlibat dalam proses berdiri dan berjalan, jumlah sel otak yang terstimulasi pun bertambah banyak. Saat belajar berjalan, anak mencoba merambat dan berdiri sambil berpegangan benda-benda yang kuat.

Usia 1-2 tahun
Di usia setahun, seluruh kemampuan dan keterampilan kinestetiknya sudah terbentuk. Untuk itu, perlu diberikan pengembangan stimulasi dengan penambahan pada bentuk, media, tingkat kesulitan, dan lainnya. Cara yang mudah adalah banyak bermain bersama anak seperti berlari, melompat, melempar, menangkap, berguling, dan lain-lain.

Anak akan lebih mudah belajar melempar daripada menangkap. Agar kemampuan anak menangkap bola atau benda bertambah, rajin-rajinlah orangtua bermain lempar-tangkap bola. Dengan cara ini pula kemampuan koordinasi mata dan tangan anak akan terlatih. Bila anak sudah mampu menangkap dan melempar, tingkat kesulitannya bisa ditambah. Contohnya, menambah jarak lempar-tangkap, mengganti bola yang lebih besar dengan yang kecil, serta arah lemparan semakin cepat.

Teknik-teknik tersebut akan membantu menguatkan otot-otot lengan anak serta mengembangkan keterampilan motorik halus dan kasar, koordinasi mata-tangan, visual-spasial, kecepatan reaksi, dan kelenturan. Kesemuanya, menurut Bambang, merupakan respon dari sel-sel otak.

Keterampilan motorik halus dan kasar berguna untuk kemampuan menulis, menggambar, melukis, dan keterampilan tangan lainnya. Anak juga bisa dilatih mengembangkan otot kaki, misalnya menendang bola, melompat dengan dua kaki, serta menaiki anak tangga (tentu dibantu orang dewasa).

Usia 3-4 tahun
Di usia ini, keterampilan dan kemampuan anak sebenarnya tidak jauh berbeda dengan anak usia 1-2 tahun. Perbedaan yang nyata hanya pada kualitasnya. Anak usia 3-4 tahun berlari lebih cepat ketimbang anak usia 1-2 tahun, lemparannya lebih kencang, dan sudah mampu menangkap dengan baik.

Kemampuan motorik kasar otot kaki anak, selain berjalan dan berlari cepat, antara lain mampu melompat dengan dua kaki, memanjat tali, menendang bola dengan kaki kanan dan kiri. Untuk motorik kasar otot lengan, anak mampu melempar bola ke berbagai arah, memanjat tali dengan tangan, mendorong kursi, dan lainnya.

Kemampuan yang melibatkan motorik halus untuk koordinasi mata-tangan, yaitu mampu memantul-mantulkan bola beberapa kali, menangkap bola dengan diameter lebih kecil, melambungkan balon, keterampilan coretan semakin baik.

Agar kemampuan dan keterampilan motorik halus serta kasar kian berkembang, anak bisa diberikan stimulasi kinestetik. Ia mencontohkan beberapa hal seperti berjalan atau berlari zigzag, berjalan dan berlari mundur untuk mengembangkan otak kanan, melompat dengan dua kaki ke berbagai arah, menendang bola dengan kaki kanan atau kiri ke berbagai arah, melempar bola ke berbagai arah dengan bola sedang sampai kecil, melempar bola ke sasaran seperti huruf, angka, atau gambar, menangkap bola dari berbagai arah, bermain bulutangkis, mencoret-coret berbagai bentuk geometri untuk mengembangkan otak kiri dan kanan, serta menggerakkan kedua tangan dan kaki dengan memukul drum mainan.

Usia 5-6 tahun
Pada usia 5-6 tahun, hampir seluruh gerak kinestetiknya dapat dilakukan dengan efisien dan efektif. Gerakannya pun sudah terkoordinasi dengan baik. Namun, seperti diungkapkan Bambang, anak kelompok usia ini lebih menyukai permainan yang tidak banyak melibatkan motorik kasar. Mereka lebih menyukai permainan yang menggunakan kemampuan berpikir seperti bermain puzzle, balok, bongkar pasang mobil, serta mulai tertarik pada games di komputer maupun play station. @ Diana Yunita Sari

Sumber : www.kompas.com